Selasa, 17 Januari 2012

MOBIL HIBRIDA: Menangkap Energi Sisa

Mobil hibrida telah memberikan jawaban pasti untuk meselaraskan antara kebutuhan trasportasi dengan lingkungan hidup. Selain hemat, juga sangat bersahabat.

Hibrida bukan monopoli istilah di sektor pertanian. Fakta itu dapat Anda temukan pada Gaikindo Auto expo ke 10 yang digelar di Balai Sidang Jakarta Convention Center, 6-12 September lalu. Pada pameran mobil kali ini PT. Toyota Astra Motor, agen tunggal Toyota, mempertontonkan mobil hibrida, namanya Toyota Prius. Seperti halnya muasal kelapa atau jagung hibrida, pengembangan Prius juga berawal dari pemikiran untuk menghasilkan mobil dengan varitas pilihan. Utamanya bila ditilik dari sumber tenaga yang digunakan.

Di bawah kap mesin mobil ini tersimpan dua pemasok tenaga: mesin bensin 1.500cc dan motor listrik. Ya lantaran itu Prius lantas disebut mobil hibrida. Mobil dengan dua sumber tenaga yang keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Mesin bensin memiliki kelebihan di faktor keluwesan penggunaannya, sedang motor listrik dibilang unggul lantaran tidak menghasilkan emisi gas buang. Kedua keunggulan itu lantas dikawin silangkan.

Kini, beberapa pabrikan mobil tengah giat mengembangkan mobil semacam ini untuk menselaraskan antara kebutuhan sarana transpotasi umat manusia dengan alam sekitar. Caranya, dengan mengabungkan dua sistem pemasok tenaga untuk mendapatkan penghematan bahan bakar berlipat ganda dan emisi gas buang yang sangat bersih, tapi masih luwes dikendarai dimanapun.

Salah satu pabrikan yang telah berhasil mewujudkan mobil impian masa depan itu adalah Toyota. Tiga tahun lalu, tepatnya Desember 1997, pabrik mobil nomor satu di negeri Sakura ini telah memulai memasarkan mobil bertenaga ganda itu ke pasar lokal. Hasilnya sungguh fantastik. Selain mampu menjawab tantangan kebersihan lingkungan yang dibakukan dalam J-ULEV (Japan Ultra Low Emission Vehicle), Prius juga telah mendapat pengakuan dunia sebagai produk yang akrab lingkungan.

Menurut klaim Toyota, konsumsi bahan bakar Prius mencapai 29km/liter atau dua kali lebih efisien dibanding mobil konvensional. Sedang polusi gas buangnya dapat dibikin 90% lebih bersih dari regulasi yang diberlakukan di negeri Jepang. Lantas, apa rahasianya? Salah satunya dengan memasang mesin efisiensi tinggi. Sebagai pemasok tenaga pertama, Toyota mendaulat mesin twincam (DOHC: Double Overhead Camshaft) berkapasitas 1.500cc tipe 1NZ-FXE yang dilengkapi dengan teknologi VVT-i (Variable Valve Timing intelligent). Yakni, teknologi pengaturan waktu pembukaan dan penutupan katup masuk dan katup buang pada mesin itu untuk mengkopromuikan antara respon akselerasi, hemat bahan bakar, dan pengurangan emisi gas buang.

Upaya lain yang dilakukan Toyota untuk menekan konsumsi bahan bakar Prius adalah mematikan mesin selagi mobil berhenti dan deselerasi. Saat berjalan pertama kali, Prius hanya mengandalkan sumber tenaga motor listrik yang mendapat catu daya dari bateri jenis nickel-metal hydride. Hal yang sama juga terjadi selagi mobil masih berjalan lambat hingga kecepatan sedang. Pada pengendaraan normal, mesin bensin segara mengambil alih. Kali ini mesin bensin itu akan memutar roda secara langsung melalui hubungan mekanis dan memutar generator untuk menghidupkan motor listrik. Ketika mobil butuh tenaga ekstra, misalnya untuk berakselerasi atau berjalan menanjak, baterai akan difungsikan untuk menambah tenaga. Sehingga, kinerja mobil ini menjadi sangat bagus lantaran digerakkan oleh dua sumber tenaga: ya mesin bensin, juga motor listrik.

Yang menarik lagi ketika mobil ini diperlambat, misalnya direm, berjalan menurtuin, atau pedal gasnya dilepas. Pada keadaan ini sistem rem regeneratif akan menagkap energi dari roda yang menggelinding . Caranya, motor listrik akan berubah secara otomatis menjadi generator untuk mengkonversi energi kinetik menjadi aliran listrik yang bakal disimpan di dalam baterai. Untuk kondisi pengendaraan ini mesin bensin dan generator bakal dimatikan agar terjadi penghematan bahan bakar dan penurunan emisi secara signifikan. Untuk selanjtnya, ketika muatan energi listrik di dalam baterai mulai menurun, secara otomatis mesin beranjak hidup memutar generator untuk mensuplai arus listrik baterai.

Lantas, apakah Prius telah layak disebut mobil hijau (baca: ramah lingkungan) yang sempurna? "Mungkin belum. Tapi setidaknya telah menjadi langkah besar yang layak ditindak lanjuti," sebut Akihiro Wada, wakil direktur eksekutif untuk pengembangan teknologi dan produksi Toyota Motor Corporation. Sejauh ini, lanjut Akihiro, Prius baru terbukti mampu menghemat konsumsi bahan bakar untuk pengendaraan dalam kota. Sedang pada pengendaraan luar kota, yang membutuhkan pasokan tenaga cukup, masih perlu pengembangan lebih lanjut. Meski begitu, Prius tergolong mobil masa depan yang telah layak diproduksi masal untuk bersaing dengan mobil konvensional. Pasalnya, kata Wada, modelnya menarik, hingga memiliki prospek yang bakal mendatangkan keuntungan.

Terlepas dari aspek bisnis yang sedang diteropong TMC, yang pantas dicatat di dalam buku sejarah otomotif adalah kepeloporannya. Yang terpenting,diabad ini telah ada yang memulai untuk mengkreasi secara nyata mobil ramah lingkungan layak produksi. Hasilnya memang belum maksimal, tapi akan menjadi langkah awal yang sangat berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar